Pages

Pages*8

kalo diledek begitu, dia suka ngamuk dan langsung mengeluarkan KTP-nya. Ke mana-mana, termasuk kalau mau nonton film 17 tahun ke atas, dia memang selalu bawa-bawa KTP. Supaya pada percaya kalau dia itu umurnya sudah lumayan banyak. Soalnya dia sering ditolak masuk bioskop, nggak boleh ikutan nonton film orang gede. Malah disuruh pulang, cuci kaki dan langsung bobok. Tapi ada enaknya, kalau ke mana mana dia ini simpel sekali. Bisa berdiri tanpa membungkuk kalau metro mini-nya penuh, bisa dengan mudah menyusup ke bawah kolong kalau lagi main petak umpet, de el el. Dan ke mana mana dia selalu membawa bekal dan termos plastik buat minum. Persis anak TK. Tapi dia itu orangnya baik kok. Suka bagi-bagi makanan ke orang. Apalagi kalau kamu iseng muji begini padanya,” Eh, kamuu rada tinggikan deh sekarang...” Wah, pasti kamu langsung dikasih coklat. Coba aja. Tapi dia itu paling takut kalau duduk di meja. Soalnya pernah lagi enak-enakan duduk, ditawar orang. Dikira boneka pajangan. Abis lucu sekali.

   Ya, itulah sedikit cerita tentang Tia kecil. Buat ngasih gambaran aja, supaya kamu bisa ngebayangin kalau dia itu ternyata lebih besar dari jempol kaki kamu.

   Setelah menyiapkan segala macam yang diperlukan, termasuk minta film gratis dari mbak Sri. Lupus slonong boy pergi. Dan sempat mampir sebentar ke mejanya Mas Wendo yang belakangan menghilang entah ke mana. Mejanya nampak seperti biasa. Berantakan. Saingan sama rambutnya. Dan kunjungan Lupus ke mejanya itu bukannya karena kangen, lama nggak ketemu bos-nya itu, tapi karena di mejanya ada sekantong tahu goreng. Siapa tau bisa dirojer, gitu.

   “Halo, Mas, lama nggak kelihatan. Sibuk ngurus sandiwara tipi, ya?” sahut Lupus manis, sementara tangannya bergerilya. Menyusup masup ke kantong tahu. Mas Wendo belakangan ini memang aktif di televisi. Ngajarin anak kecil bikin puisi dengan stil sok serius, tawa bikin beberapa naskah film seri tivi. Seperti ACI. Tapi bedanya dia dengan Michael Landon – yang juga dikenal dengan serial-serial tivinya. Mas Wendo -