Pages

Pages*9

orangnya jauh lebih rendah hati. Kalau Michael Landon suka ke-ge-er-an untuk melibatkan dirinya sebagai tokoh utama cerita yang diproduksinya; jadi bapak ideal, jadi malaikat penolong, dan sebagainya! Tapi kalau Mas Wendo cukup puas Cuma jadi tukang pukul bel sekolah.... hehehe. (Eh, jangan bilang-bilang ke dia ya, entar ngamuk..., atau malah suka?)

   “Kamu mau wawancara siapa, Lup?”

   “Itu... atlet angkat besi,” jawab Lupus sembarangan. Sebab kalau dia jujur ngaku mau wawancara artis penyanyi yang kece, Mas Wendo suka maksa kepingin ikut. Kan repot ngurusnya nanti.

   Lupus langsung cabut. Hasil kunjungannya ke meja bos-nya itu, yah lumayanlah. Sempat mengantongi beberapa tahu goreng dan cemilan cemilan ringan lainnya buat sekedar ngisi perut. Dan di bawah, ketika baru keluar dari kompleks perkantoran, sempat ketemu Gun Saratoga. Fotografer muda Hai yang lagi ngejepret anak-anak sekolah yang kece-kece dari atas sepeda balapnya. Dia emang termasuk doyan daun muda. Pacarannya aja sama anak SMP. Dan bakat jepret-menjepretnnya memang terlihat dari kecil. Umur 10 tahun, dia sudah hobi menjepret capung pake karet; lalu umur 15 tahun meningkat menjepret mangga pake katapel. Dan kini, dai boleh bangga bisa menjepret pake kamera beneran.

   Itulah Gun. Setelah ber-hai-hai (bukan promosi, lho!) sebentar dengannya, Lupus langsung melesat bersama Aji ke rumah sang artis. Rumahnya lumayan jauh. Di pinggiran kota. Rada ndeso.


•••


   Dan kini Lupus dan Aji sudah berdiri di depan pagar yang tinggi. Rumahnya tampak begitu besar. Sementara di pagar depan tertulis ‘Awas anjing galak; jangan berdiri dekat pagar!’ Lupus langsung melompat mundur. Wong dia paling takut sama anjing. Makannya dia tidak pernah berani lari pagi di kompleks perumahannya. Banyak anjing. Soalnya dia kurus. Suka dikejar-kejar anjing. Dikira tulang. -