“Bilang aja saya masih ingin belajar. Masih nggak mau terganggu oleh hal-hal seperti itu dan selebihnya bisa kamu karang sendiri. Kan kamu bisaan kalo bohong!” sahut Lulu.
“Sialan! Tapi kamu memang serius masih mau konsentrasi ke pelajaran kan?”
“Iya dong! Kan sebentar lagi saya ujian esempe.”
Dan sorenya Lupus langsung ke rumah cowok itu. Datang dengan sopan dan penuh kekeluargaan. Sehingga cowok itu pun bisa mengerti. Jawabannya pun terdengar sopan sekali, “Saya mengerti. Okehlah kalau memang belum saatnya bagi dia, saya akan menunggu. Sampai kapan pun. Sampai dia merasa siap. Sampai dia menyadari betapa saya sangat mencintainya. Kamu tau, biasanya cowok sekarang itu pandai mengobral cinta, sehingga membuat derita pada sang cewek. Tapi saya tidak. Cinta saya pada Lulu adalah ibarat api olimpiade yang tak kunjung padam...!”
Lupus hanya manggut-manggut. Bukannya ngerti, tapi ngantuk diceramahi begitu. Tapi dia toh senang, berarti masalahnya telah beres. Dan Lulu pun senang mendengar usahanya berhasil. Sebab sejak saat itu si pinokio itu tak pernah datang lagi.
•••