berjam-jam saat Lulu lagi ngambek, nggak mau keluar atau berlagak lagi pergi. Lulu sering memaksa Lupus untuk menemui atau menemani cowok itu kalau dia datang. Seperti malam minggu depannya ketika makhluk itu muncul lagi.
“Pus, sana gih temenin si Pinokio itu. Saya males, ngomongnya kayak bapak-bapak. Tentang masa depan melulu. Ih sebel! Sana cepetan. Atau bilangin saya lagi sakit perut...!”
“Wah sori, lu. Saya lagi sibuk!” sahut Lupus yang lagi asyik jaipongan gila-gilaan diiringi lagi Zoolook-nya Jean Michel Jarre di kamarnya.
Lulu makin empet.
Dan cowok itu makin nekat. Kini datangnya suka bawa buah-buahan. Pisang, jeruk, apel, anggur. Wah, pokoknya segala macam deh. Lupus yang doyan makan itu, jelas keenakan. Dia yang tukang ngabisin semuanya. Sedangkan Lulu tak menyentuh sedikit-dikit acan.
“Idih, haram menikmati barang suapan!” maki Lulu ketus.
Lupus acuh saja. Tetapi sebenarnya dia kasihan juga kalau adiknya jadi nggak tenang begitu. Serba ketakutan. Meski sebetulnya bukan pertama kali buat dia untuk kenal cowok secara dekat. Dulu Lulu pernah kelihatan akrab dengan cowok teman sekolahnya. Tampangnya..., ya lumayanlah daripada kejeduk tembok. Lulu juga kelihatannya ngasih respons yang baik untuk cowok itu. Tapi kencan pertamanya berantakan gara-gara keisengan Lupus. Nggak tau apa karena Lupus keki sebab saat itu dia belum punya, atau memang lagi nakal-nakalnya (biasa, cowok!), yang jelas secara diam-diam dia meletakkan tip kecil miliknya di dekat kursi depan di mana mereka berdua nge-date. Secara otomatis, tip yang biasanya dipakai buat wawancara itu merekam semua percakapan Lulu dengan cowoknya. Dan bisa dibayangkan, betapa malunya Lulu ketika besok paginya Lupus memutar ulang hasil rekaman yang penuh rayuan-rayuan gombal itu di depan seluruh keluarga. Lulu ngamuk berat. Dia langsung mengacak-acak tempat tidur. Dan sejak saat itu tak pernah terdengar lagi kisah kasih tentang Lulu dengan cowok manapun. Sampai kejadian sekarang ini. -