Belakangan baru terbongkar. Ternyata dia lagi dikejar-kejar cowok. Dan cowok itu sudah janji mau datang malam minggu ini, meski Lulu sudah menolak keras. Dan itulah, akhirnya Lulu terpaksa harus melarikan diri. Tetapi setelah puas dalam pelariannya, dan kembali malam harinya, ternyata tak seorang pun yang datang. Sang pembantu yang mengatakan hal ini. Kontan aja Lupus ngakak. “Huu...., ge-er. Makanya jangan girang dulu!”
“Sial, siapa yang girang?” maki Lulu garang
“Ayo, sudah malam. Jangan berantem lagi,” seru ibunya dari ruang tengah.
•••
Dan ternyata besok Minggunya pagi-pagi sekali saat kokok ayam jago belum lagi reda, cowok yang mengejar-ngejar Lulu itu datang. Lulu tak bisa menghindar, karena saat itu dia lagi asyik nyiram bunga di taman depan rumah.
“Maaf, dik Lulu, tadi malam saya nggak bisa datang,” sapa cowok itu sopan sekali. Lulu tak bisa berbuat apa-apa. Tak bisa mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Diam terpaku di tempat. Lupus yang mengintip dari jendela tidak bisa menahan tawa. “ Cieee...., mesra ni yeee...!” teriaknya keras.
Lulu kaget dan menoleh dengan sengit. Cowoknya juga. Bujubune, pantesan aja Lulu begitu menghindarinya. Ternyata cowok yang ngejarngejar itu tipe cowok zaman rikiplik. Kadaluwarsa. Berkacamata tebal, bibir tebal, muka tebal (maksudnya nggak kenal malu, gitu!), sisiran rapi mengkilap. Pokoknya cocok jadi bapak idela.
“Hei, Lulu, kok temennya diangguri aja? Ajak masuk dong!” teriak Lupus lagi. Sekali lagi Lulu mendelik sewot. Dan ketika cowok itu lewat dekat jendela kamar Lupus, dia memberi salam dan mengangguk hormant. Lupus jadi nyengir, kayak kuda.
Tapi tipe cowok itu memang tipe cowok nekat. Dia dengan rela duduk sopan menunggu -