Pages

Pages*17

cepat-cepat menahannya, "Eh, jangan repot-repot!"

   "Lho? Saya mau ganti baju, kok. Saya kan mau pergi. ..."

   "Ooo, kirain mau bikinin minum...."

   "Ya ampun, saya lupa. Kalian haus, ya?"

   "Ah enggak. cuma saya mikir, kok samaan sama di rumah ya? Kalau ada tamu dari jauh suka lupa nyuguhin minum. Padahal kan mungkin saja tamu itu merasa haus setelah berjalan begitu jauh. Iya nggak, Ji?" celoteh Lupus sambil melirik ke arah Aji yang hampir mati kehausan.

   Lagi-Iagi Evita ketawa. Dia cepat-cepat menyiapkan minuman.

•••

   Dan Evita ternyata artis yang baik. Dia menawari Lupus dan Aji ikut ke studio sambil melanjutkan wawancaranya di jalan. Di sana Evita cerita banyak. Tentang tiga albumnya yang direkam dalam waktu singkat. Tentang kasetnya yang laku keras. Tentang bonus mobil yang dia dapat. Pokoknya semua.

   Buat artis penyanyi, dia memang memiliki segalanya. Meski lagu-lagunya hampir setipe; tentang kecengengan cinta, tapi suaranya tidak mengecewakan. Padahal banyak anggapan yang mengatakan penyanyi pop sekarang cuma modal tampang doang, tapi Evita merupakan pengecualian. Karena dia punya vokal dan penghayatan yang baik buat lagu-lagu komersil yang dibawakannya.

   Sebaik-baiknya lagu pop, kalau tidak didukung penghayatan dan vokal yang sempurna, tak akan berhasil. Omong kosong buat yang mengatakan untuk jadi penyanyi cuma modal tampang doang. Setinggi-tingginya teknik studio yang bisa menolong vokal sang artis, tidak akan membantu banyak. Paling jadinya seperti komet. Muncul sebentar, ngetop, lalu menghilang. Tak terkenang.

   Ini yang ingin Lupus tekankan pada Evita. Penyanyi ini sangat berbakat. Tapi kenapa begitu-