Lupus jadi kena tegur ibunya. Ya. dia memang lebih menyambut hangat oleh-oleh yang dibawa daripada orangnya, kalau kedatangan tamu dari jauh.
“Abis percuma, Bu. Kalau saya ada atau tidak, kan tak ada pengaruhnya buat beliaubeliau. Seperti juga menjenguk Tante Mia, apa lantas setelah saya jenguk dia lantas langsung sembuh? jangan-jangan malah bertambah parah....” jawab Lupus membela diri. “Sebab, apa sih arti seorang Lupus buat mereka?”
“Tapi kamu nggak boleh begitu, dong!” Lupus memang tak suka basa-basi. Sama ketika ibu Lupus akhirnya jadi ikut ke Bandung, ke rumah Tante Neli untuk melihat rumahnya yang baru, serelah acara perkawinan selesai.
“Boro-boro mau mengantar sampai ke Bandung. Bantuin mengangkat kopor ibunya sendiri saja tak mau. Benar-benar anak tak tau diri. Tak tau berterima kasih kepada orang tua. Lain sekali dengan Ridwan. Biar mau ujian, dia pasti mengantar kalau saya mau ke Jakarta,” kata Tante Neli ketus. Lupus jadi merah mukanya dan pergi dari situ. Dia paling tak suka kalau sudah dibanding-bandingkan dengan orang lain. Bukannya Lupus tak mau mengangkat kopor, tapi bawaan ibunya kan cuma sebuah tas kecil yang bisa dibawa dengan mudah, jadi buat apa berbasa-basi membawakannya? Dan lagi, kenapa harus dibandrngkan dengan Ridwan yang tak disukainya itu?
•••
Sepeninggalan Tante Neli, keadaan rumah jadi sepi. Lupus jadi sering mikir, benarkah ia tak mempunyai rasa hormat seperri yang dikatakan Tame Neli? lbu Lupus memang tipe -