Pages

Pages-53


•••


   Meski sebenamya tak ada masalah, anakanak sempat protes juga, karena sekolah belum libur meski sudah mendekati ulangan umum. Waktu istirahat untuk minggu tenangnya cuma dikasih dua hari. Sabtu dan Minggu.

   “Itu sih cuma cukup untuk ngeraut pensil!” maki Rosfita. teman Lupus yang punya prinsip: jangan pernah mengecewakan orang yang nawarin makan.

   Tapi Lupus lebih suka sekolah. Kalau diam di rumah, waktu bisa terasa berjalan lebih lama. Enakan cari kesibukan di luaran. Dan saat itu dia sedang berada di metro mini juruan Blok M. Sekadar mau jalan-jalan aja untuk killing time. Buang-buang waktu. Sebab, jarang lho orang di bulan puasa punya prinsip time is money. Mereka condong berprinsip time is time, faster is better. Dan Lupus setengah mati menahan diri untuk tidak memandangi cewek-cewek kece di pinggir jalan. Sok cuwek. Tapi, apa iya lihat cewek cakep bisa ngebatalin puasa? Padahal cewek cakep itu kan karunia Tuhan yang menyenangkan untuk dilihat. Masa iya kita harus pake kaca mata kuda? Apalagi menyianyiakan karunia Tuhan kan dosa, lho!

   Terserahlah. Yang penting. Lupus jelas tak bisa menahan diri lagi ketika seorang eewek naik dan duduk tepat berhadaphadapan dengannya. Gile, wajahnya benarbenar jet-set, kulitnya kuning langsat, rambutnya hitam panjang terurai, bibirnya dipolesi lipstik merah muda yang tipis. Benar-benar mubazir untuk tidak dilihat. Dan... sempurnalah godaan itu.

   Saat-saat pertama Lupus masih bisa menahan diri untuk tidak terus-terusan memandang. Cewek itu terlalu keren untuk ditaksir. Nggak bakalan ditanggapi. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya ke luar jendela. Tapi ternyata gadis itu mencuri-curi pandang ke arah Lupus. Lupus masih mencoba untuk tetap cuwek. Dia harus tabah, jangan tergoda. -