Pages

Pages-43


bah, sehingga yang tadinya nggak peduli, kini
mencoba meraih mereka .... “

   Anto terdiam. Lama. Seperti berpikir. Lalu berkara pelan, “Kadang, saya iri dengan kamu, Pus. Kamu selalu bisa berbuat seauatu dari apa-apa yang terjadi. Saya sering merasa iri. Kamu tau, saya adalah orang yang nggak pernah punya inisiatif. Apalagi untuk berbuat sesuatu bagi orang-orang yang paling saya benci. Saya yang sekian lama tinggal di lingkungan mereka, tak pemah punya pikiran seperti kamu. Saya jadi merasa sebagai orang yang tak berarti .... “

   Kini giliran Lupus yang kaget dan terdiam. Agak lama. Sampai Anto mengira dia tertidur.

   Tapi akhirnya terdengar suara Lupus, pelan, “Jangan punya pikiran begitu, Nto. Tuhan toh menciptakan berbagai orang dengan sifat yang berlainan. Saya justru yang ingin seperti kamu. Tanpa pernah merasa peduli atau terusik kalau ada kejadian apa pun. Yang bisa tidur enak, walau sejuta masalah hadir di benakmu. Sungguh! Saya ingin seperti kamu. Yang tak pernah merasa terpanggil, merasa bersalah, merasa tergoda kalau ada sesuatu yang terasa ganjil. Yang selalu menjalani hidup ini dengan tenang. Sedang saya? Mana bisa saya rertidur begitu mudah, saat sejuta masalah hadir di benak saya seperti ini .... “

   Tapi menit berikutnya, Lupus sudah tertidur dengan nyenyaknya. Pakai ngorok segala. Sementara Anto tetap tak bisa menebak jalan pikiran makhluk Tuhan yang aneh ini ....