Pages

Pages*23

   Poppi sudah terlanjur menyukai semua yang ada pada diri Lupus. Orang yang lebih baik atau lebih cakep dari Lupus itu banyak. Jalan-jalan di pasar swalayan, kamu bisa menemukan makhluk kayak begitu sepuluh biji. T api ibarat barang tiruan, yang sama ya luarnya aja. Isinya tetap nggak ada yang se-qualified Lupus (taela!). Maksudnya sifatnya, tingkah lakunya, lengkap sama gaya-gayanya yang rada norak. Juga sikapnya yang penuh perhatian, walau kadang bikin keki. Gimana nggak penuh perhatian? Dia bisa begitu sopan di depan orang tua Poppi. Bukan sopan yang dibuat-buat, tapi nampak wajar. Di samping juga sering membawakan mereka oleh-oleh. Jarang-jarang lho, ada cowok yang begitu memperhatikan calon mertuanya kayak gitu. Pun ketika lebaran kemarin, dia dengan serius ngomong sama Poppi, "Pop, sayang sekali untuk lebaran kali ini, rejeki saya nggak begitu banyak. T api biar deh, demi kamu saya ngalah aja. Saya rela, lebaran kali ini biar calon mertua kamu aja yang saya kasih hadiah...."

   Poppi yang tadinya udah siap-siap untuk terharu, jadi keki banget.

   Di samping itu, Lupus juga ngetop sekali. Fans-nya bukan hanya di lingkungan sekolah dia aja, tapi juga melimpah ke luar sekolah. Buktinya kalau dia turun dari bis sepulang sekolah, histeria massa selalu terjadi. Puluhan abang-abang becak dengan semangat '45 menarik-narik bajunya. Bukan minta tanda tangan, cuma mau menawari (dengan sedikit paksa) Lupus untuk naik becaknya.

   Lupus juga termasuk anak yang susah dikerjain. Padahal dia hobi banget ngerjain orang. Sampai pernah suatu ketika anak-anak cowok di kelasnya kompakan untuk sekali-sekali ngerjain Lupus. Mereka semua ngumpul di toilet. Mengatur strategi penjebakan.

   "Kita kunci aja di WC. Dia kan hobi banget ke belakang. Beberapa dari kita memantau ke mana dia pergi. Begitu masuk wc, kita kunci dari luar. Biarkan beberapa saat sampai dia mabok dulu. Setuju?"