Pages

Page-22

yang mau dikomentarin kalau yang diceritakan cuma ’gombalan’ melulu? Sampai suatu ketika dia cerita soal Irma. Anak baru pindahan dari Semarang yang kece, tapi nggak memble.

   ”Saya heran, kok belakangan ini mimpi-mimpi saya selalu dihadiri oleh sosok tubuh mungilnya. Kenapa itu, ya?” ujar Boim belum puas nggombal.

   “Irma yang mana sih? Saya kok nggak kenal?” tanya Lupus polos.

   “Kamu dasar kuper. Irma itu, lho, yang anak baru. Masa nggak tau? Dia kan pernah bikin cowok-cowok pada ngerebutin. Yang cakep kaya Yanti Issudibjo .... “ ujar Boim rada berapi-api.

   “Yanti lssudibjo? Yang mana lagi, tuh? Anak baru juga?” Lupus makin bingung.

   “Biang panu! Yanti itu foto model dan penyanyi yang kondang. Nah, si Irma mukanya setipe dengan dia. Kamu tau Irma nggak sih?” Boim jadi ngotot.

   “Oooo, yang menang kontes kebaya kemarin itu?”

   “Betul!! Akhirnya terbuka juga matamu.”

   “Lho, dia kan memang pernah nanyain kamu. Kapan, ya? Oya, kemarin!”

   “Hah? Bener nih?” Boim mendadak girang. “Tuuh, kan, apa saya bilang. Belakangan dia memang sering saya pergokin lagi mencuri pandang ke arah saya. Dia emang naksir saya. Saya merasakan hal itu kok. Oya, Lupus, dia tanya apa aja tentang saya? Tell me, my friend, is there something I should know?”

   Lihat saja, kalau ada maunya dia baru manggil Lupus, bukan kucing.

   “Katanya... bener nggak kamu yang waktu itu bawa motor bebek item ke sekolah .... “

   “Hm, kapan, ya? Soalnya terus terang saya suka ganti-ganti kalo bawa motor. Tapi..., hm ya! Saya inget. Sabtu kemarin-