“Ayo deh, saya yang traktir, kok...,” rayu Evan.
”Bukan masalah itu. Saya kan puasa!” “Batal sehari kan nggak apa-apa. Ayo deh, kan capek lho udah keliling-keliling. Dikiiit aja. Yuk?” “Kamu ajah deh, saya nggak.”
“Ya..., kok gitu. Nggak seru, ah. Tadi kita kan udah bareng. Ayo dong, Anak manis!”
Dan jebollah pertahanan Lupus. Akhirnya dengan langkah sedikit ragu, dibarengi celingak-celinguk kanan-kiri, takut kepergok orang rumah, Lupus masuk ke A-ha. Langsung dipesankan steak, strawberry milk-shake dan sprite dingin.
•••
Hari mulai senja ketika Lupus melangkah masuk ke rumahnya. Saat itu ibunya masih sibuk kerja di dapur. Memasuk-masukkan makanan ke rantang. Sepeninggal ayah Lupus, ibunya memang buka usaha katering. Lumayan, buat menyambung hidup, komentarnya. Dan hasilnya memang luar biasa. lbu Lupus termasuk wanita yang ulet, yang tak menyerah kepada takdir. Seperti sekarang ini, dia masih tetap bekerja meski puasa. Berbeda dengan Lulu, adik Lupus. Kerjanya kalo puasa tidur melulu. “Itu lebih baik daripada nggosip!” belanya suatu ketika.
Lupus masuk ke ruang tengah dengan perlahan. Tapi ibunya melihat.
”Eh, Lupus. Baru pulang? Itu lbu bikinkan kolak pisang kesukaan kamu buat buka puasa. Cepat mandi, sebentar lagi beduk, lho-!”
Lupus tercekat. lbunya yang sibuk itu masih sempat membikinkan makanan kesukaannya. Betapa ingin dia membahagiakan anak-anaknya. Sedang Lupus?
“Lho, kok malah bengong? Lapar, ya? Tahan aja sedikit. sebentar lagi buka. kok. Cepat mandi biar segar .... “
Tanpa berkata apa-apa. Lupus langsung ngeloyor ke kamar mandi. Dan sempat ketemu Lulu di depan kamar. “Eh, Lupus, -