•••
Pagi hari udara cerah. Lupus berjalan menyeberangi lapangan sekolah sambil menenteng tasnya di pundak. Dua hari sudah Lupus terpaksa bolos. Gara-gara disuruh meliput berita oleh majalahnya. Kini dia melewati kantin sekolah. Tersenyum lebar ketika melihat kantin itu kembali dibuka. Secara iseng, dia melongokkan kepalanya ke dalam kantin. Dan terkesima ketika melihat satu stoples penuh berisi permen karet terpampang rapi di meja tempat jualan.
“Eh, Nak Lupus. Kok baru kelihatan? Kemarin lndah mencarimu. Tapi nggak ketemu. Sekarang dia sudah kembali ke Bandung,” sapa ramah ibu kantin mengejutkannya, “Mari masuk. Sudah sarapan? Mau dibikinkan mie bakso?”
“Eh, enggak deh. Terima kasih, Bu. Saya cuma mau beli permen karet itu!”
“Ooo..., iya. Itu memang disediakan khusus untukmu. lndah yang memesankan. Oya, dia juga titip surat ini.”
Dan pada saat itu Poppi masuk. Tersenyum sebentar pada ibu kantin dan langsung menarik Lupus ke luar.
“Hm, bagus ya! Ternyata kamu juga ikut ikutan anak-anak ngejar si Indah. Ayo, mana suratnya. Biar saya yang baca!”
Lupus cuma melongo, tanpa bisa berbuat apa-apa.