Pages

10. Tante Neli


   “Beli kolor ni yee .... “

   Sapaan serempak dari arah belakang mengagetkan Lupus yang lagi asyik mengaduk-aduk bak obralan di toko pakaian. Dengan spontan dia melepas ’barang antik’ yang tadi dia pegang, lalu membalik ke arah sumber suara tadi. Di situ berdiri Ita, Meta, dan Utari. Dengan senyum yang mengembang. Lupus malu berat. Padahal tadi dia sudah begitu berhati-hati. Lirik kanan-kiri untuk menyakinkan bahwa tak ada orang yang dikenalnya di sekitar situ. Dia ingin sekali membeli beberapa celana dalam baru untuk mengganti dia punya yang sudah pada melar-melar karetnya. Tapi, kok ya kepergok teman juga. Cewek lagi! Tiga cewek ‘mini’ ini memang ke mana-mana selalu bertiga. Makanya sering dijuluki ‘trio the kids’. meski mereka sama sekali nggak setuju dengan julukan itu. Hobi mereka gila-gilaan: keliling-keliling pasaraya cuma untuk mergokin orang-orang yang belanja. Syukur-syukur bisa minta traktir. Lupus suka heran, apa mereka nggak takut dikira anak hilang nantinya?

   “Apa khabar, Pus? Abis lebaran kemaren kok nggak nongol-nongol lagi? Makin langsing aja. Oya, poni kamu juga masih tetap gondrong tuh. Ceritanya mau nyaingin john Taylor, ya? Moga-moga aja mata kamu nggak kelilipan tiap menit. Moga-moga cuma sedikit juling. hehehe... nggak apa-apa kok juling dikit. Buktinya si Vina Panduwinata, biar bola matanya suka rada juling, tetap aja kece. Iya, nggak?” cerocos Meta.

   Lupus cuma mengangguk. Nurut aja.

   “Terusin aja milihnya, kok jadi diem? Buat lebaran, ya?”

   “Enak aja! Lebaran kan udah lewat!”

   “lya. Lebaran taun depan... hahaha .... “

   Dan tiga cewek itu pergi lagi. Cari mangsa baru. Lupus sudah nggak semangat lagi mau milih-milih. Dia langsung ke tempat -